Seperti
biasanya, setiap tahunnya Pondok Pesantren Al-kholil menggelar Perayaan Malam
Nisfu Sya’ban. Acara Nisfu Sya’ban kali ini masih seperti tahun sebelumnya
yaitu diikuti oleh semua santri dan para Asatidz dan masyarakat di Ponpes
Al-kholil.
Acara
yang bertempat di Masjid Al-kholil ini, dimulai dengan shalat Maghrib bersama
dan dilanjutkan dengan pembacaan Surat Yasin sebanyak 3 kali. Namun sebelum
pembacaan Surat Yasin bersama-sama, Ust. Fathullah GZ, S.Pd.I selaku pemandu acara
meminta Ust. Syahrul Anam, S.Pd.I untuk memberikan penjelasan kepada santri tentang
fadilah Nisfu Sya’ban.
Dalam
penjelasannya, Ust. Syahrul Anam, membahas panjang lebar bahkan sebelum
menjelaskan fadilah Nisfu Sya’ban beliau menjelaskan tentang dasar pengambilan
peringatan Nisfu Sya’ban. “Sebelum saya menjelaskan tentang fadilahnya,
alangkah baiknya jika saya jelaskan terlebih dahulu, adakah dasar tentang
peringatan malam Nisfu Sya’ban?. Dalam syari’at
Islam terdapat tuntunan (dalil-dalil) untuk beribadah pada malam Nishfu
Sya’ban. Dasar Pengambilan Hukumnya diantaranya adalah:
عَنْ مُعَاذِ بن جَبَلٍ عَن
ِالنَّبِيِّ قَالَ: يَطَّلِعُ اللهُ عَزَّ
وَجَلَّ عَلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ
خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ (رواه طبراني) في الكبير والأوسط قَالَ
الهيثمى ورجالهما ثقات. ورواه الدارقطنى وابنا ماجه وحبان فى صحيحه عن ابى موسى
وابن ابى شيبة وعبد الرزاق عن كثير بن مرة والبزار)
“Rasulullah Saw. bersabda,
“Sesungguhnya Allah memperhatikan hambanya (dengan penuh rahmat) pada malam
Nishfu Sya’ban, kemudian Ia akan mengampuni semua makhluk-Nya kecuali orang
musyrik dan musyachin (orang munafik yang menebar kebencian antar sesama umat
Islam)”. (HR Thabrani fi Al Kabir No. 16639, Daruquthni fi Al Nuzul 68, Ibnu
Majah no 1380, Ibnu Hibban no 5757, Ibnu Abi Syaibah no 150, Al Baihaqi fi
Syu’ab al Iman no 6352, dan Al Bazzar fi Al Musnad 2389. Peneliti hadis Al
Haitsami menilai para perawi hadis ini sebagai orang-orang yang terpercaya.
Majma’ Al Zawaid 3/395)
عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ
قَالَتْ فَقَدْتُ النَّبِيَّ e ذَاتَ لَيْلَةٍ فَخَرَجْتُ أَطْلُبُهُ فَإِذَا هُوَ بِالْبَقِيعِ
رَافِعٌ رَأْسَهُ إِلَى السَّمَاءِ فَقَالَ يَا عَائِشَةُ أَكُنْتِ تَخَافِيْنَ
أَنْ يَحِيْفَ اللهُ عَلَيْكِ وَرَسُولُهُ قَالَتْ قَدْ قُلْتُ وَمَا بِي ذَلِكَ
وَلَكِنِّي ظَنَنْتُ أَنَّكَ أَتَيْتَ بَعْضَ نِسَائِكَ فَقَالَ إِنَّ اللهَ
تَعَالَى يَنْزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا
فَيَغْفِرُ ِلأَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعَرِ غَنَمِ كَلْبٍ
“Aisyah berkata “Pada suatu malam, saya kehilangan Rasulullah.
Setelah saya keluar mencarinya, ternyata beliau ada di Baqi’ seraya
menengadahkan kepalanya ke langit, beliau berkata “Apakah kamu takut Allah dan
Rasulnya mengabaikanmu?”. Aisyah berkata “Saya tidak memiliki ketakutan itu,
saya mengira engkau mengunjungi sebagian di antara istri-istri engkau”. Nabi
berkata “Sesungguhnya (rahmat) Allah turun ke langit yang paling bawah pada
malam Nishfu Sya’ban dan Ia mengampuni dosa-dosa yang melebihi dari jumlah bulu
kambing milik suku Kalb”. (HR Turmudzi no 670, dan Ibnu Majah no 1379)
تحفة الأحوذي شرح سنن الترمذي ج 2
ص 277
فَهَذِهِ اْلأَحَادِيثُ بِمَجْمُوعِهَا حُجَّةٌ عَلَى مَنْ زَعَمَ أَنَّهُ لَمْ يَثْبُتْ فِي فَضِيْلَةِ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ شَيْءٌ وَاللهُ تَعَالَى أَعْلَمُ .
فَهَذِهِ اْلأَحَادِيثُ بِمَجْمُوعِهَا حُجَّةٌ عَلَى مَنْ زَعَمَ أَنَّهُ لَمْ يَثْبُتْ فِي فَضِيْلَةِ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ شَيْءٌ وَاللهُ تَعَالَى أَعْلَمُ .
“Hadits-hadits di atas secara keseluruhan merupakan sebuah
hujjah yang membantah anggapan sebagian ulama yang berpendapat bahwa tidak ada
satupun dalil kuat yang menjelaskan tentang keutamaan malam nishfu Sya’ban”.
(Tuchfah al-Achwadzi Syarh Sunan al-Tirmidzi, II/277).
Setelah panjang lebar menjelaskan tentang dasar
malam Nisfu Sya’ban, Beliau kemudian melanjutkan penjelasan tentang fadilah-fadilah
yang terdapat malam Nisfu Sya’ban beliau memaparkan lengkap dengan dasarnya, ia mengatakan“Di
antara keistimewaan malam Nishfu Sya’ban adalah sebagai berikut:
1. Menurut Imam Syafi’i, malam Nishfu Sya’ban adalah salah satu
malam yang mustajabah.
2. Menurut ‘Atha bin Yasar, malam Nishfu Sya’ban adalah malam yang
paling utama setelah Lailatul Qadar.
3. Menurut sahabat ‘Ikrimah, yang dimaksud dengan ayat
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ
مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ () فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ
{الدخان :3-4}
Surat al Dukhan ayat 3-4, malam
tersebut adalah malam Nishfu Sya’ban, akan tetapi
pendapat ini ditentang oleh
jumhur ulama, dan yang dimaksud dengan ليلة مباركة
adalah Lailatul Qadar.
4. Menurut ulama yang lain, malam Nishfu Sya’ban adalah malam
laporan amal tahunan kepada Allah SWT.
Dasar Pengambilan Hukum:
فيض القدير ج 6 ص 50
قَالَ الشَّافِعِى بَلَغَنَا أنَّ الدُّعَاءَ يُسْتَجَابُ فِى خَمْسِ لَيَالٍ أوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبَ وَلَيْلَةِ نِصْفِ شَعْبَانَ وَلَيْلَتَىِ اْلعِيْدِ وَلَيْلَةِ الْجُمْعَةِ.
Dasar Pengambilan Hukum:
فيض القدير ج 6 ص 50
قَالَ الشَّافِعِى بَلَغَنَا أنَّ الدُّعَاءَ يُسْتَجَابُ فِى خَمْسِ لَيَالٍ أوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبَ وَلَيْلَةِ نِصْفِ شَعْبَانَ وَلَيْلَتَىِ اْلعِيْدِ وَلَيْلَةِ الْجُمْعَةِ.
“Imam Syafii berkata: Telah
sampai kepada kami bahwa doa dikabulkan dalam lima malam, yaitu awal malam
bulan Rajab, malam Nishfu Sya’ban, dua malam hari raya dan malam Jumat”. (Faidl
al-Qadír, VI/50)
قَالَ عَطَاءُ بْنُ يَسَارٍ مَا
بَعْدَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ أَفْضَلُ مِنْ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ
وَهِىَ مِنَ اللَّيَالِى الَّتِى يُسْتَجَابُ فِيْهَا الدُّعَاءُ. قَالَ
النَّوَوِى عَطَاءُ بْنُ يَسَارٍ مِنَ التَّابِعِيْنَ .
“Yasar bin Atho’ berkata : Tidak ada malam yang lebih utama
setelah Lailatul Qadar dibandingkan dengan Nishfu Sya’ban. Ia merupakan salah
satu malam yang mustajabah”. (Nuzhah al-Maj á lis, I/158)
وَقَالَ عِكْرِيْمَةُ هِىَ لَيْلَةُ
النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ يُبْرَمُ فِيْهَا أَمْرُ السَّنَةِ وَيُنْسَخُ
اْلأَحْيَاءُ مِنَ اْلأَمْوَاتِ وَيُكْتَبُ الْحَاجُّ فَلاَ يُزَادُ فِيْهِمْ
أَحَدٌ وَلاَ يُنْقَصُ مِنْهُمْ أَحَدٌ وَرَوَى عُثْمَانُ بْنُ الْمُغِيْرَةِ
قَالَ قَالَ النَّبِىَ e تُقْطَعُ اْلأَجَالُ مِنْ شَعْبَانَ إلَى شَعْبَانَ حَتَّى أَنَّ
الرَّجُلَ لَيَنْكِحُ وَيُوْلَدُ لَهُ وَقَدْ خُرِجَ اسْمُهُ فِى الْمَوْتَى.
وَقَالَ اْلقَاضِى أبُوْ بَكْرِ بْنِ الْعَرَبي وَجُمْهُوْرُ الْعُلَمَاءُ عَلَى
أنَّهَا لَيْلَةُ اْلقَدْرِ.
“Ikrimah berpendapat bahwa yang dimaksud Lailah Al Mubarakah itu
adalah malam nishfu sya’ban. Di malam itu Allah menentukan semua urusan dalam
peristiwa setahun, menghapus nama-nama orang dari daftar calon orang meninggal
dan mencatat nama-nama orang yang akan melaksanakan haji tanpa ditambah atau
dikurangi. Utsman bin Mughirah meriwayatkan hadis, Rasulullah bersabda, “Ajal
ditentukan dari satu Sya’ban ke bulan Sya’ban berikutnya, hingga seseorang
menikah, dikaruniai anak dan namanya dikeluarkan dari orang-orang yang akan meninggal”
(HR Ibnu Abi Dunya dan Al Dailami). Qadli Abu Bakar bin Al Araby berkata : Para
Ulama’ mengatakan bahwa malam tersebut adalah Lailatul Qadar”. (Tafsir
al-Qurtúbi, XVI/85)
قَوْلُهُ: تُعْرَضُ اْلأَعْمَالُ)
أَيْ تُعْرَضُ عَلَى اللهِ تَعَالَى وَكَذَا تُعْرَضُ فِي لَيْلَةِ نِصْفِ
شَعْبَانَ وَفِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ، فَاْلأَوَّلُ عَرْضٌ إجْمَالِيٌّ
بِاعْتِبَارِ اْلأُسْبُوْعِ، وَالثَّانِي بِاعْتِبَارِ السَّنَةِ
“Amal-amal tersebut diperlihatkan kepada Allah, begitu pula pada
malam Nishfu Sya’ban dan Lailatul Qadar. Yang pertama (Senin-Kamis) merupakan
laporan amal mingguan. Yang kedua dan ketiga (Nishfu Sya’ban dan Lailatul
Qadar) merupakan laporan amal tahunan”. (Chásyiyah al-Jamal, VIII/323)
Ust. Syahrul
Anam, juga menjelaskan alas an kenapa Surah Yasin yang dibaca. Ia menyatakan: Pembacaan surat Yasin pada malam Nishfu Sya’ban beserta
macam-macam niatnya merupakan hasil ijtihad para ulama. Ia menutip dari kitab
Asnal matholib Ia mengatakan:
وَأَمَّا قِرَاءَةُ سُوْرَةِ يس
لَيْلَتَهَا بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَالدُعَاءِ الْمَشْهُوْرِ فَمِنْ تَرْتِيْبِ
بَعْضِ أهْلِ الصَّلاَحِ مِنْ عِنْدِ نَفْسِهِ قِيْلَ هُوَ الْبُوْنِى وَلَا
بَأْسَ بِمِثْلِ ذَلِكَ.
“Adapun pembacaan surat Yasin
pada malam Nishfu Sya’ban setelah Maghrib merupakan hasil ijtihad sebagian
ulama, konon ia adalah Syeikh Al Buni, dan hal itu bukanlah suatu hal yang
buruk”. (Asná al-Mathálib, 234).
)وَمِنْ خَوَاصِ سُوْرَةِ يس) كَمَا
قَالَ بَعْضُهُمْ أنْ تَقْرَأَهَا لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ ثَلاَثَ
مَرَّاتٍ الأُوْلَى بِنِيَّةِ طُوْلِ اْلعُمْرِ وَالثَّانِيَةُ بِنيَّةِ دَفْعِ
الْبَلاَءِ وَالثَّالِثَةُ بِنِيَّةِ اْلإسْتِغْنَاءِ عَنِ النَّاسِ.
“Diantara keistimewaan surat
Yasin, sebagaimana menurut sebagian para Ulama, adalah dibaca pada malam Nishfu
Sya’ban sebanyak 3 kali. Yang pertama dengan niat meminta panjang umur, kedua
niat terhindar dari bencana dan ketiga niat agar tidak bergantung kepada orang
lain”. (Fatchu al-Malik al-Majíd, 19)
)مَسْئَلَةٌ) حَدِيْثُ يس لِمَا قُرِئَتْ لَهُ لاَ أَصْلَ لَهُ
وَلَمْ أَرَ مَنْ عَبَّرَ بِأَنَّهُ مَوْضُوْعٌ فَيَحْتَمِلُ أنَهُ لاَ أصْلَ لَهُ
فِى الصِّحَّةِ وَالَّذِىْ أعْتَقِدُهُ جَوَازُ رِوَايَتِهِ بِصِيْغَةِ
التَّمْرِيْضِ نَحْوُ بَلَغَنَا كَمَا يَفْعَلُهُ أصْحَابُ الشَّيْخِ اِسْمَعيِلَ
اْلَجْبَرِتى اهـ.
“Hadits yang berbunyi “Surat Yasin dapat dibaca sesuai dengan
niat tujuannya” merupakan hadis yang tidak ada dasarnya, tetapi saya tidak
menemui ulama yang mengatakannya sebagai hadis palsu. Bisa jadi yang dimaksud
adalah hadis tersebut tidak shohih. Saya meyakini bahwa boleh meriwayatkan
hadis tersebut dengan redaksi riwayat yang tidak tegas, seperti telah sampai
pada kami sebagaimana yang dilakukan oleh murid-murid Syeikh Ismail Al Jabraty
dari Yaman.” (Talkhísh Fatáwá Ibnu Ziyád, 301)
Rupanya
para jama’ah sangat puas dengan jawabannya, maka acara pun dilanjutkan dengan
pembacaan Surat Yasin yang dipimpin oleh Ust. Fathullah dan ditup dengan Doa
oleh Ust. Ainul Yaqin selaku Pengurus Ponpes Al-Kholil.
0 komentar:
Posting Komentar