**Oleh Muhammad Ali Ridho
Setiap bulan Rabi’ul Awal awal tiba atau lebih akrab disebut bulan
Maulid, umat Islam memperingati kelahiran beliau Saw. Bermacam tradisi yang
digelar untuk memperingati kelahiran beliau, Misalnya Dijogja ada tradisi grebeg
maulid, dikalimantan selatan, baayun maulid, di cirebon panjang
jimat, dan lain-lain.
Benarkah itu sebuah peringatan atau hanya
sekadar perayaan? Perayaan adalah acara hura-hura yang ramai sedangkan
peringatan adalah memetik hikmah dari
segala sesuatu yang diperingati. Pembahasan inilah yang perlu kita renungkan
dalam setiap peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw.
Allah berfirman dalam QS. Ali ‘Imran ayat 164 yang Artinya : Sungguh Allah telah memberi karunia kepada
orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul
dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah,
membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan
Al-Hikmah. Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah
benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
Ayat di atas menunjukkan bahwa
Nabi Muhammad Saw adalah pribadi yang penuh anugerah. Namun demikian, kini
beliau Saw. sudah wafat dan tidak ada nabi setelah beliau. Agama ini telah
sempurna dan Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw adalah ajaran Allah yang
sudah final.
Ada dua hal penting dari
kehadiran Nabi Muhammad Saw. di dunia
ini. Pertama, alaihim ayatihi,
beliaulah yang membacakan ayat-ayat Allah. Dari hal pertama ini, tentunya kita
diajak untuk merenungkan diri kita sendiri, apakah kita adalah orang-orang yang
termasuk menerima ayat-ayat Allah yang telah dibacakan oleh Nabi Muhammad Saw. atau tidak.
Orang-orang di zaman kini
masih banyak yang tidak berbangga kepada Nabi Muhammad Saw. Mereka masih lebih
mengidolakan tokoh-tokoh seni di pentas-pentas musik. Mereka yang suka lagu
India akan mengidolakan aktor-aktor dan penyanyi-penyanyi India. Mereka yang
gemar lagu-lagu Barat akan mengidolakan para penyayi dan grup band Barat.
Mereka yang menyukai grup vokal Korea tentunya juga akan mengidolakan para
personelnya. Mereka berani membayar mahal untuk bertemu orang-orang yang
diidolakan tersebut.
Ketika mereka sudah bersalaman
dengan orang-orang yang diidolakan tersebut, mereka pun merasa bangga. Bahkan
botol bekas minuman artis yang diidolakan pun dibelinya dengan harga yang
sangat mahal dan tidak rasional. Jangankan bekas botol minuman, handuk yang
digunakan untuk mengelap keringat pun jika dilempar ke arah penonton ketika
konser, akan jadi rebutan histeris. Sungguh, hal itu adalah fenomena yang
menjijikkan.
Kedua, wayuzakkihim,
yakni bahwa Nabi Muhammad Saw telah mengubah mental-mental masyarakat jahiliah
yang beringas dengan moralitas yang agung, tinggi, nan luhur. Telah mafhum bagi
kita bahwa diutusnya Nabi Muhammad Saw adalah untuk menyempurnakan akhlak dan memberi
keteladanan yang baik.
Ketika Nabi Muhammad Saw. diutus, beliau Saw berhadapan dengan
masyarakat jahiliah di Mekkah. Masyarakat jahiliah itu adalah masyarakat yang
suka mengedepankan keturunan untuk memperoleh kemuliaan. Jika mereka berasal dari
keturunan dan keluarga yang mulia, maka dianggap mulia. Jika mereka berasal
dari keturunan dan keluarga yang tidak mulia dan tidak berpengaruh, maka
dianggap terhina.
Kita tahu bahwa keturunan Nabi
Muhammad Saw. itu menjadi terhormat. Hal itu merupakan anugerah dari Allah.
Setelah Nabi Muhammad Saw wafat, memang
ada hal-hal yang hanya diwariskan kepada keturunan, seperti harta dan
lain-lain. Akan tetapi, untuk tilawatul ayat, akhlak, ilmu, dan kepribadian
beliau adalah warisan umum, bukan hanya sekadar para keturunan yang
mewarisinya. Semua orang berhak mewarisi hal tersebut dan bahkan ditegaskan
agar mewarisi hal ini. Itulah anugerah dari Allah yang ada pada warisan Nabi
Muhammad Saw. kepada seluruh umat manusia.
Nabi Muhammad Saw. tidak lain adalah keteladanan total kita dalam
berbagai hal. Cara makan yang dilakukan oleh Rasulullah Saw pun merupakan
keteladanan. Bahkan cara Nabi Muhammad Saw masuk ke toilet juga menjadi
keteladanan. Hal-hal sepele saja diteladankan oleh Nabi Muhammad Saw, terlebih lagi
hal-hal yang terkait dengan permasalahan sosial yang begitu besar pengaruhnya.
Itulah yang disebut sebagai Islam kaaffah.
Semoga Ketika kita
memperingati Maulid Nabi kita bisa meneladani setiap kebajikan yang ada pada
diri Nabi beliau., tidak seharusnya justru kita malah melalaikan beliau Saw. karena
terlalu sibuk merayakannya secara seremonial. merayakannya dengan acara yang
meriah tetapi ajaran yang diteladankan oleh Nabi Muhammad Saw. tidak membekas
di hati. Bukankah yang terpenting itu adalah memperingati dan kemudian
meneladani kepribadian Nabi Muhammad Saw. ?
**Penulis penduduk asli Berau
saat ini tengah menempuh kuliah di
kampus Ma’had Aly dan UNHASY, Tebuireng Jombang
0 komentar:
Posting Komentar